Review Buku Merawat Bahagia Adjie Santosoputro



Jika saya teliti buku Merawat Bahagia Adjie Santosoputro ini, barangkali tujuan utama penulisnya, mas Adjie ini mengajak pembaca untuk merenung. Buktinya, pada halaman yang biasanya para penulis isi dengan bacaan yang tertulis “Daftar isi” diganti dengan “Daftar Renungan.” Adapun isinya adalah cerita-cerita atau kisah-kisah kehidupan yang barangkali Mas Adjie menginginkan pembaca memetik pelajaran didalamnya tentang bagaimana cara merawat bahagia.

Pada judul pertama buku Merawat Bahagia Adjie Santosoputro, tertulis “Pasangan Hidup Sempurna.” Iyah, kisah ini bercerita tentang jodoh, lebih spesifiknya kawan dari Mas Adjie itu sendiri yang tak kunjung mendapatkan jodoh. Sebenarnya, bukan gak dapat jodoh, melainkan setiap jodoh yang datang selalu terpental jauh dengan sejuta alasan karena mencari seseorang yang sempurna menurut standarnya.

Wanita pertama yang berparas cantik ditolak dengan alasan tidak bisa masak. Wanita kedua yang berparas cantik dan bisa masaka, juga ditolak dengan alasan “ngobrolnya ga nyambung.” Sampai akhirnya datang wanita ketiga yang cantik, bisa masak dan nyambung ketika diajak ngobrol dan mampu membuat kawan Mas Adjie ini klepek-klepek mabok cinta hingga gemeteran saat memandang wanita itu.

Dikira kawannya akan datang membawa kabar gembira, sebuah surat undangan pernikahan, ternyata malah kabar buruk yang dibawa. Sang wanita idaman menolak cintanya, karena mencari pria lainnya yang lebih sempurna. Pesan Mas Adjie dalam hal ini, “Satu-satunya cara agar kita memiliki sebuah hubungan cinta yang sempurna adalah dengan iklas menerima ketaksempurnaan pasangan hidup.”

Menuntut pasangan agar sempurna justru akan merobohkan benteng kebahagiaan, kehadirannya dengan segala ketidaksmpurnaannya membuat hidup kita sempurna.

Pada halaman 13 buku Merawat Bahagia Adjie Santosoputro, yang berjudul Memilih Hal Terpenting bercerita tentang pilihan hidup. Sering manusia entah lupa, entah tidak tahu, tidak dapat membedakan antara keinginan yang penting, mendesak atau sekedar ingin. Nah, pada bab ini, Mas Adjie mengajak pembaca untuk merenungkan sejenak keinginan yang memiliki dampak paling besar pada kehidupan.

Pada halaman 110 buku merawat bahagia Adjie Santosoputro bab “Waktu Untuk Anak”, juga berkisah tentang pengalaman hidup seseorang. Seseorang ini bercerita pada Mas Adjie sekilas kehidupan pribadinya. Ia seorang wanita yang sibuk bekerja dan “merasa” bekerja demi anak-anaknya tercinta. Pokoknya dia cinta pada keluarganya.

Faktanya, pada saat diluar jam kerja dia lebih memilih menyelesaikan pekerjaan dan sering menolak ajakan anaknya bermain, menolak permintaan anaknya digendong. Semua ia serahkan pada babysitter dengan alasan “Bunda baru kerja, Nak…sedang tidak ada waktu bermain” wanita ini bercerita sambil menangis.

Pada kesempatan itu Mas Adjie mengatakan coba ganti kalimat “Bunda baru kerja, Nak…sedang  tidak ada waktu bermain” dengan “bukan prioritasku”. Tujuannya untuk bisa membedakan, memilih dan memilah mana yang lebih penting untuk dilakukan. Juga, menyadarkan kita semua bahwa waktu selalu ada, hanya saja waktu adalah perihal pilihan tentang mana yang menjadi prioritas.

Menarik ya buku merawat bahagia Adjie Santosoputro jangan lupa bacanya sambil ngopi. 😊 order buku ini? Yuk langsung cuss ke 081221537939. Sebelum buku merawat bahagia Adjie Santosoputro habis.

Komentar